16 November 2008

Tuhan Kecil

Salah satu teman gw pernah bercerita tentang temannya lagi. Let’s say this friend of mine called Adjie and his friend’s name is Fanya. Adjie ini orangnya tukang cerita – setiap ketemu dia cerita berbagai hal, tentang dia dan tentang orang-orang di dalam hidupnya.

“Dulu waktu di kota tinggal gw yang lama, gw pernah punya temen. Namanya Fanya.”
“Ada apa dengan Fanya?” Pasti Adjie punya cerita baru, gw pikir.
“Ngga, kemaren di FS dia message-in gw. Gw jadi inget aja.”
“Oh…”“Gw kesyan sama Si Fanya!”
“Lah, emang kenapa dia? Lagi kena musibah?”
“Bukan. Ni gw ceritain deh.”
Sok aja…”
“Dulu Fanya ini tinggal bareng bokap nyokapnya, tapi ternyata bonyoknya ada masalah. Dia jadi korban broken home. Intinya bokapnya abusive, dan dia ngga tahan jadi dia kabur dari rumah.”
“…”
“Terus dia ketemu sama satu cowo dan akhirnya mereka pacaran. Kebetulan cowonya ini orang kaya. Jadi dia tinggal bareng cowonya. Ya, semua biaya hidupnya ditanggung si cowo – termasuk biaya kuliahnya.”
“Oh, domestic partnership?”
“Ya, ngga juga. Cowonya punya rumah, tapi sering nginep di kosannya Fanya.”
“Ya, mau gimana lagi – dia juga sih yang bayar,” gw berkomentar. “Mereka pasti berhubungan kan?”
“Iyalah. Nah di sini kesyannya, Gab.”
“Kenapa?”
“Si cowo itu ternyata selingkuh.”
“Lah, jadi si Fanya ini diselingkuhin? Jangan bilang udah lama.”
“Ya, ternyata udah lama.”
“Terus putus?”
“Itu dia masalahnya. Dia ngga bisa putus, dong… Nanti dia mau tinggal di mana?”
“Pindah kos ajalah!”
“Kan dia hidup dari pacarnya, Gab…”
“Ya kerja aja! Daripada diselingkuhin terus.”
“Masalahnya dia udah kasih semuanya kan, ke pacarnya…”
“Jadi, gimana akhirnya?”
“Dia pindah bareng kakaknya.”
“Cewe juga?”
“Iya. Nah, ternyata kakaknya juga ada masalah sama pacarnya (pacar si kakak).”
“Lah apa hubungannya sama Si Fanya? Emang masalahnya berat?”“Ya dia jadi keseret-seret. Emang gw liat-liat pacar kakaknya ngga bener juga. Abusive juga.”
“Terus?”
“Fanya kabur lagi. Gw udah keburu pindah kuliah ke sini. Kemaren gw baru dihubungin lagi.”
Gw pun hanya berakhir dengan “Oh.”

Sebenernya, di dalem hati gw lanjutin: “Oh, itu sih judulnya IDL (Itu Derita Loe – jadi inget Dewa, hehe…).” Manusia itu diciptakan Tuhan pasti dalam keadaan baik dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan hal-hal yang baik pula di dalam hidupnya. Setiap manusia pasti diberikan hati nurani, sehingga waktu manusia ngga punya pengetahuan akan salah/benar – manusia bisa mendengarkan hati nuraninya. Karena hati nurani yang diciptakan Tuhan pasti akan membawa manusia kepada kebaikan. Karena Tuhan itu baik.

Mungkin dalam hal ini, gw agak sedikit ‘rohani’ – halah! Dalam kepercayaan gw, dikatakan bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Gw ngga tau apakah di kitab suci lainnya, ada ayat yang bermakna sama dengan hal tersebut. Yang pasti gw bersyukur bahwa kepercayaan gw mengajarkan hal tersebut. Karena artinya, kita sebagai manusia memiliki karakteristik Allah – pada dasarnya, dari pertama kali diciptakan. Lalu gimana kita jadi berubah, sampe kaya GINI? Haha… Kaya gw GINI. Ya itu pasti karena sebagai seorang bayi manusia belum memiliki kemampuan apa-apa, lingkungan pun menjadi salah satu faktor utama pembentuk karakteristik seorang anak. Baik atau buruknya seorang anak, ditentukan oleh lingkungannya – tapi suara hati ngga pernah mati di dalam diri manusia. Hati nurani hanya bisa menjadi tidak dominan karena keadaan, bukan mati atau menjadi tidak ada. Sejahat-jahatnya manusia, pasti ada satu titik di mana dia dihadapkan pada pilihan – baik dan buruk, benar dan salah. Di mana dia harus memilih, untuk mendengarkan hati nuraninya dengan teliti atau tidak. Hati nurani pasti akan membawa manusia kembali kepada keberadaan yang utuh sebagai manusia.

Setiap hasil karya seorang pencipta pasti memiliki ciri khas, atau style signature si pencipta yang menempel pada karya tersebut. Sama juga dengan manusia. Pasti kita memiliki style signature-nya Tuhan yang nempel pada DIRI kita. Ini sih, bukan ajaran agama gw aja – tapi gw yakin semua agama ngajarin hal ini. Ini sih logika! Tuhan yang menciptakan pasti Tuhan yang baik. Buktinya, dia menciptakan manusia – ngga buat dirusak, tapi untuk dipelihara dan dididik. Dia pengen ada Dia di dalam setiap manusia. Karena itu kita dikasih tumbuhan dan hewan untuk dikuasai. Tuhan adalah penguasa, jadilah kita penguasa-penguasa kecil di bumi. Tuhan menciptakan dunia dan seisinya, dengan manusia sebagai ciptaan tertinggi. Tuhan itu pencipta, maka kita pun diberikan otak untuk berpikir dan MENGHASILKAN sesuatu – jadilah kita kreator-kreator kecil.

Mungkin hal ini yang belum pernah terpikirkan oleh Fanya. Bahwa manusia adalah penguasa dan kreator. Manusia seharusnya berkuasa atas hidupnya, dan bukan dikuasai oleh hidupnya. Manusia seharusnya mampu menciptakan kehidupannya, dan bukan diciptakan oleh kehidupannya. Manusia adalah kreator dan penguasa – di dalam hidupnya sendiri. Tepatnya, manusia adalah kreator dan penguasa kehidupannya setelah Tuhan. Fanya belum tau ini.

Fanya tidak sadar, sebenarnya dia punya kapasitas yang besar. Karena itu dia diberikan masalah dan tanggung jawab yang besar juga di dalam hidupnya. Seharusnya dia bersyukur bahwa kapasitasnya lebih besar dibandingkan orang lain. Mungkin kalau Fanya tau, dia ngga akan kabur dari awal tapi menghadapi kenyataan dengan keyakinan: bahwa dia adalah kreator dan penguasa hidupnya.

No comments:

Post a Comment