29 November 2008

Indonesia: Bangsa yang Besar?

Gw lagi nonton Barometer di SCTV (Rabu/26 November 2008, jam 12 malem) – tentang Adam Malik. Heboh banget berita ini. Benar atau salah, gw juga ngga tau. Kayanya sih salah (ya iyalah, gw bela pahlawan gw!) Hehe… Kayanya ada kesalahan analisa kunci yang bikin interpretasi jadi salah. Halah, mulai sok tahu gw…

Lepas dari benar atau salah, gw mengamat-amati (bahasanya blagu) komentar orang-orang untuk Adam Malik. Ya, bisa dilihat betap berkesannya dia di hati banyak orang sebagai seorang pahlawan yang memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme tinggi. Dia orang yang sangat mencintai bangsanya. Logis juga sih kalo pernyataan Tim Weiner itu dibilang salah. Adam Malik kan berjuang membela bangsa ini, kenapa juga dia harus menjual bangsa ini? Well, only God knows this. Habis udah pada meninggal sih.

Gw langsung mikir, betapa (ihiy!) Bangsa Indonesia kehilangan pemimpin-pemimpinnya yang punya integritas. Iya, strategi politik dengan baju ketulusan. Ketulusan hari gini susah ya. Bahkan dari orang yang dipercayakan untuk membawa rakyat Indonesia ke dalam ‘keselamatan’ lagi, susah sekali didapatkan ketulusan. Kalo ketulusan ngga pernah hilang, Indonesia ngga akan separah ini. Ngga akan ada acara KPK di televisi. Ya ampun, kasihan Negara gw.

Mungkin mereka juga ngga salah – mereka, pemimpin yang ngga punya integritas. Meeka ngga tahu. Ngga pernah diajarkan. Jadi siapa yang salah? Penjajahan – itu kata gw. Penjajahan 350 tahun sangat berperan penting dalam mengubah karakter bangsa ini. Karakternya jadi karakter jajahan. Mental pembantu, bukan mental pemimpin. Ngga punya inisiatif untuk membangun bangsa. Cuma bisa menyalahkan dan menuntut. Budak banget kan mentalnya. Cuma bisa mengeluh, menyalahkan dan menuntut tuannya. Ngga pernah puas. Kebanyakan dari kita punya persepsi yang salah dari pemimpin. Disamakan dengan penguasa. Jadinya, kita seringkali bilang “Ini tanah nenek moyang gw!” (efek ngga punya tanah sendiri selama berabad-abad).

Mungkin pendidikan karakter dan kepemimpinan sejak TK/SD lebih penting dibandingkan pendidikan kewarganegaraan. I WISH.

No comments:

Post a Comment