29 November 2008

Interview

Pembimbing mata kuliah seminar gw mengharuskan gw melakukan wawancara terhadap beberapa kritikus mode. Iya, karena judul seminar gw ‘Analisa Pengaruh Sex and the City: the Movie terhadap Gaya Berpakaian Wanita Modern di Jakarta’. Salah satu yang harus gw wawancara adalah Bapak Muara Bagdja. Beliau adalah salah satu kritikus mode yang cukup dikenal.

Gw mengirimkan surat pengantar melalui e-mail, beserta beberapa pertanyaan. Eh, tau-taunya beliau mengirimkan pertanyaan balik. Lucu juga, gw mau interview kok malah diinterview balik :) Dia kasih gw 4 pertanyaan:


Pertama, kenapa Anda pilih Sex and the City sebagai bahan penelitian?

Kedua, apa hubungannya dengan DKV?

Ketiga, apakah Anda sudah nonton Sex and the City: the Movie?

Keempat, Siapakah karakter favorit Anda dari keempat wanita tersebut? Kenapa?


Nah, pertanyaan keempat ini cukup menarik – dan memaksa gw berpikir cepat. Gw nonton serial Sex and the City berkali-kali, dan the Movie-nya pun berkali-kali. Anehnya, gw ngga pernah punya karakter kesukaan. Pernah sih gw mencoba mengidentifikasi diri gw dengan keempat karakter tersebut, dan mencoba memilih satu di antara mereka. Hasilnya?

Ini jawaban gw: Saya tidak punya karakter favorit, karena sepertinya keempat karakter tersebut adalah penggambaran ekstrim dari karakter-karakter yang dimiliki oleh stiap wanita. Saya rasa setiap wanita memiliki keempat karakter tesebut dengan kadar yang berbeda-beda. Kalau saya harus memilih, saya paling suka Charlotte York (Kristin Davis). Mungkin dia lebih konvensional dibandingkan 3 karakter lainnya, tapi dia tidak pernah berhenti berharap akan cinta. Karena tokh, pada akhirnya ketiga karakter lainnya tetap mengharapkan cinta (di sini maksud gw, dibandingkan dengan kehidupan independen dan glamour). Charlotte tidak perlu mengalami proses yang terlalu rumit karena tidak melakukan denial akan kebutuhannya.

Nah, ternyata gw suka Charlotte. Dia memang terkesan ‘lemah’ dibandingkan ketiga karakter lain. Hidupnya cenderung BIASA dan terlalu happy, tapi dia punya keberanian untuk selalu berharap. Itu yang gw suka. Dia tahu kalo dia berharap artinya dia siap disakiti lagi. Dia ngga menjadi pribadi yang sinis, dan ngga pernah berhenti percaya. Well… Maybe she’s the brave one after all.

No comments:

Post a Comment